Aktivis Muda Rusia Dipenjara karena Protes Perang di Ukraina

Jakarta, Kadektoto - Perempuan Rusia berusia 19 tahun dijatuhi hukuman 2 tahun 8 bulan penjara karena memprotes perang di Ukraina. Ia dituduh berulang kali mendiskreditkan tentara Rusia, termasuk dengan menempelkan syair pada patung penyair Ukraina.

Di pengadilan Saint Petersburg pada Jumat (18/4/2025), Daria Kozyreva menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah. Ia menyebut kasus yang menimpanya sebagai sebuah rekayasa besar."Saya tidak bersalah. Hati nurani saya jernih. Karena kebenaran tidak pernah bersalah," katanya, menurut laporan Mediazona.Menurut laporan media independen Rusia, SOTA Vision, jaksa penuntut sebelumnya menuntut hukuman 6 tahun penjara bagi Kozyreva. Sementara itu, pengacaranya mengatakan bahwa mereka kemungkinan akan mengajukan banding.

1. Ditangkap pada Februari 2024

Menurut OVD-Info, kelompok hak asasi manusia independen di Rusia, Kozyreva ditangkap pada 24 Februari 2024 usai menempelkan kertas berisi bait puisi karya penyair Ukraina, Taras Shevchenko, ke monumennya di St Petersburg. Bait tersebut berbunyi: “Oh kubur aku, lalu bangkitlah/ Dan patahkan rantai beratmu / Dan sirami dengan darah para tiran / Kebebasan yang telah kamu peroleh."Kasus kedua dilayangkan pada Agustus 2024, menyusul wawancaranya dengan Radio Free Europe. Saat itu, ia menggambarkan perang Rusia di Ukraina sebagai tindakan yang mengerikan dan kriminal.Ini bukan kali pertama aktivis muda tersebut berurusan dengan hukum. Pada Desember 2022, Kozyreva pernah ditahan karena menulis, “Pembunuh, kamu yang mengebomnya. Yudases,” pada sebuah patung berbentuk dua hati di luar museum di Saint Petersburg.Setahun kemudian, ia didenda 30 ribu rubel (sekitar Rp5,25 juta) dan dikeluarkan dari universitas karena mengunggah konten tentang Ukraina di media sosialnya.

2. Upaya pemerintah Rusia untuk bungkam mereka yang antiperang

Kadektoto login, direktur Amnesty International di Rusia, mengatakan bahwa putusan terhadap Kozyreva menunjukkan sejauh mana Moskow akan bertindak untuk membungkam oposisi damai terhadap perang di Ukraina."Daria Kozyreva dihukum karena mengutip karya klasik puisi Ukraina abad ke-19, karena menyuarakan penolakan terhadap perang yang tidak adil, dan karena menolak untuk diam,” kata Zviagina dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera.Ia juga menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat bagi Kozyreva dan semua orang yang dipenjara di bawah undang-undang sensor perang.Menurut Memorial, kelompok HAM Rusia yang memenangkan Hadiah Nobel, Kozyreva adalah salah satu dari sekitar 234 orang yang dipenjara di Rusia karena sikap antiperang. Dalam pernyataan tahun lalu, Memorial menyebut tuduhan terhadap perempuan muda itu tidak masuk akal dan bertujuan menekan perbedaan pendapat.

3. Penindasan terhadap perbedaan pendapat meningkat sejak perang dimulai

Rusia memiliki rekam jejak dalam upaya membungkam suara-suara antiperang di kalangan generasi mudanya. Pada 2024, CNN melaporkan bahwa sedikitnya 35 anak di bawah umur telah menghadapi tuntutan pidana bermotif politik di Rusia sejak 2009. Dari jumlah tersebut, 23 kasus muncul sejak Moskow melancarkan invasi ke Ukraina pada 2022.OVD-Info mengungkapkan bahwa lebih dari 1.500 orang dipenjara karena alasan politik di Rusia saat ini. Sejak perang dimulai hingga Desember 2024, sedikitnya 20.070 orang ditahan karena pandangan antiperang.Selain itu, ada 9.369 kasus yang berkaitan dengan tuduhan mendiskreditkan militer, yang mencakup tindakan seperti unggahan di media sosial atau mengenakan pakaian dengan simbol bendera Ukraina

baca juga artikel : Kadektoto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *